Orang yang Pertama Kali Membenarkan Kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam Adalah…?

Pertanyaan yang sering muncul dan perlu untuk dibahas adalah tentang sosok yang pertama kali membenarkan kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, siapakah dia? Cobaan terbesar bagi seorang nabi tentunya adalah bagaimana cara dia dapat meyakinkan orang lain tentang kerasulan dan wahyu yang diterima. Dalam hal ini, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam memiliki figur penting yang memberi dukungan dan pengakuan.

Sayyidatina Khadijah bint Khuwailid radhiyallahu ‘anha adalah sosok yang pertama kali membenarkan kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Istri pertama Rasulullah dan ibu dari anak-anak beliau ini, dikenal memiliki peran yang sangat vital dalam hidup dan misi kerasulan Nabi.

Saat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menerima wahyu pertama dari Allah melalui malaikat Jibril di gua Hira, beliau kembali ke rumah dalam keadaan takut dan bingung. Khadijah, dengan penuh kebajikan dan kasih sayang, langsung memberikan penghiburan dan meyakinkan beliau bahwa Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan beliau.

Namun, dukungan Khadijah tidak hanya berhenti di penghiburan dan keyakinan. Dia mendampingi Rasulullah SAW dalam membangun dan menyebarkan agama Islam, bahkan dengan menyerahkan seluruh harta bendanya.

Mengakui telah menerima wahyu dari Tuhan tentunya bukan hal yang mudah, terutama di lingkungan yang penuh dengan kepercayaan politeisme. Sayyidatina Khadijah menjadi penopang moral dan kekuatan bagi Rasulullah dalam membawa misi suci tersebut. Dia menjadi bukti nyata akan cinta, kebajikan, dan pengorbanan seorang istri dan ibu dalam mendukung misi kerasulan suaminya.

Jadi, ketika bertanya siapa yang pertama kali membenarkan kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, jawabannya adalah Sayyidatina Khadijah bint Khuwailid radhiyallahu ‘anha. Peran dan pengaruhnya dalam sejarah Islam menunjukkan bahwa sosok wanita memiliki peran yang sangat penting dan signifikan dalam perkembangan peradaban.

Tinggalkan komentar