Hengkang dari PDI-P, Perjalanan Gibran dan Bobby Nasution jadi Wali Kota Solo dan Wali Kota Medan

Dalam sejarah politik Indonesia yang dinamis, menjelang Pilkada 2020 muncul dua figur muda yang menarik perhatian publik: Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution. Gibran, anak sulung Presiden Joko Widodo, dan Bobby Nasution, menantu Presiden, keduanya meraih posisi sebagai Wali Kota Solo dan Wali Kota Medan secara berturut-turut. Meski sama-sama terkait erat dengan presiden dan berada dalam lingkaran kekuasaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), perjalanan politik keduanya memiliki rute dan tantangan uniknya tersendiri.

Perjalanan Gibran menjadi Wali Kota Solo

Gibran merintis karir politiknya di kota kelahiran ayahnya yang juga merupakan pusat karir politik Joko Widodo, Solo. Namun, langkah Gibran untuk maju sebagai wali kota bukanlah sesuatu yang mulus. Sebagai pemula dalam dunia politik, ia harus melalui serangkaian ujian dan seleksi oleh DPC PDI-P Solo, termasuk mengalahkan penantang berat seperti FX Hadi Rudyatmo, yang tercatat telah menjabat sebagai Wali Kota Solo selama dua periode.

Oppoisisi dari dalam dan luar partai tidak membuatnya mundur, alih-alih, Gibran berjuang dan akhirnya berhasil meraih dukungan dari DPC PDI-P Solo. Tantangan tidak berakhir di situ, dalam pemilihan yang diadakan pada Desember 2020, Gibran berhasil mengalahkan lawannya, Bagyo Wahyono, dan resmi menjadi Wali kota Solo.

Bobby Nasution dan perannya sebagai Wali Kota Medan

Sementara itu, di Kota Medan, Bobby Nasution memulai perjalanan politiknya tanpa pengalaman politik sebelumnya. Berbeda dengan Gibran yang lahir dan besar di Solo, Bobby adalah figur ‘pendatang baru’ di arena politik Medan. Namun, berbekal dukungan kuat dari mertuanya serta belakangan didukung oleh PDI-P, Bobby berhasil meraih posisi sebagai Wali kota Medan.

Bobby terpilih sebagai Wali kota Medan setelah mengalahkan rivalnya, Akhyar Nasution, dalam pemilihan kepala daerah yang diselenggarakan pada Desember 2020. Seperti Gibran, Bobby juga harus melawan resistensi dari berbagai pihak yang melihatnya sebagai ‘elit politik.’ Namun, Bobby membuktikan bahwa ia juga mampu memimpin dengan meraih kemenangan di Medan.

Kesimpulan

Perjalanan politik Gibran dan Bobby menjadi bukti bahwa politik Indonesia terus berkembang dan memberi ruang bagi pemimpin-pemimpin baru untuk naik ke panggung. Meskipun mereka menghadapi tantangan dan resistensi, keduanya menunjukkan komitmen yang kuat untuk melayani masyarakat dan membawa perubahan positif bagi kota yang mereka pimpin. Kini, Solo dan Medan diharapkan dapat menikmati pembaharuan dan peningkatan di bawah kepemimpinan Gibran dan Bobby.

Tinggalkan komentar