Para Nabi dan rasul dalam Islam, terutama Rasulullah Muhammad SAW., sangat dikenal atas intensitas devosi dan ibadah mereka. Salah satu contoh yang cukup menyingkap kualitas devosi ini adalah sebuah cerita yang melibatkan istri tercinta Rasulullah SAW., Aisyah RA. Dalam cerita ini, Rasulullah SAW. minta izin kepada Aisyah untuk beribadah, dan kemudian dia berdoa dengan begitu intens sampai waktu subuh, di mana dia menangis hingga tersedu-sedu.
Kisah ini bukan hanya menawarkan gambaran yang amat dalam tentang bagaimana nabi beribadah, tetapi juga menceritakan tentang ayat Al-Qur’an mana yang dia baca saat waktu tersebut. Ayat ini sangat penting karena intensitas emosi yang dia tunjukkan melalui menangisnya setelah membaca ayat tersebut.
Namun, soal tersebut tidak memberikan informasi cukup tentang ayat mana yang direnungkan dan dibaca oleh Rasulullah SAW. pada malam itu. Beberapa sumber berbicara tentang berbagai ayat yang sering dia baca ketika beribadah malam (tahajud), dan beberapa di antaranya diduga kuat oleh para sejarawan dan penafsir Al-Qur’an menjadi titik berat perenungan beliau pada malam tersebut.
Namun, salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya, Musnad, memberikan petunjuk tentang ayat mana yang mungkin dibaca oleh Rasulullah SAW. Ayat ini adalah Surah Ali ‘Imran (3: 191) yang berbunyi:
“Yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.'”
Perenungan Rasulullah SAW. yang mendalam dan tangisannya yang tersedu-sedu dapat diinterpretasikan sebagai sebuah ungkapan kerendahan hati dan kesadaran beliau tentang kebesaran penciptaan Tuhan dan ketakutan beliau terhadap siksa neraka.
Ingatlah, bahwa ini adalah interpretasi berdasarkan hadis dan pengetahuan sejarah. Namun, tanpa konteks atau informasi lebih lanjut, kita tidak bisa dengan pasti mengetahui ayat mana yang sebenarnya dibaca oleh Rasulullah SAW. pada saat itu. Interpretasi ini perlu digunakan dengan dengan pemahaman yang perlu untuk menjaga jejak kehidupan beliau yang autentik.