Orde Baru adalah periode politik dalam sejarah Indonesia yang dipimpin oleh Soeharto selama lebih dari tiga dekade, dari 1966 hingga 1998. Meskipun berbagai keberhasilan dicapai selama masa tersebut, pada akhirnya Orde Baru tumbang, dan salah satu pendorong utama jatuhnya Orde Baru adalah aktivisme mahasiswa. Berikut ini beberapa alasannya.
Pengaruh Kebijakan Ekonomi dan Sosial
Selama Orde Baru, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Namun, kenaikan harga BBM pada tahun 1998 akibat kebijakan fiskal yang diterapkan, memicu protes mahasiswa di berbagai universitas di seluruh Indonesia. Ketidakpuasan sosial ini diperparah oleh korupsi yang merajalela, nepotisme, dan penyalahgunaan wewenang yang menjadi karakteristik rezim Orde Baru.
Cengkeraman Kuasa yang Lama
Tidak ada batas waktu bagi seorang presiden untuk memerintah dalam konstitusi Indonesia, hal ini memungkinkan Soeharto untuk tetap berkuasa selama lebih dari 30 tahun. Namun, kuasa yang dimiliki oleh sekelompok kecil orang untuk waktu yang begitu lama dapat menimbulkan resistensi, terutama di kalangan anak muda dan mahasiswa yang mulai melihat kebutuhan akan reformasi politik.
Kekurangan Demokrasi
Dalam zaman Orde Baru, ekspresi politik sangat dibatasi. Partai politik, media, dan kelompok masyarakat sipil semuanya berada di bawah kontrol ketat pemerintah. Kondisi ini meningkatkan rasa ketidakpuasan dan keinginan akan kebebasan berpendapat di kalangan rakyat, khususnya mahasiswa.
Gerakan mahasiswa 1998 menjadi pemantik perubahan, suara-suara mahasiswa tersebut berhasil mendorong tuntutan reformasi hingga mencapai titik kritis. Demonstrasi-demonstrasi besar dan bentrokan dengan aparat keamanan mengakibatkan kejatuhan Orde Baru.
Pada akhirnya, meskipun rezim Orde Baru membawa beberapa stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, ketidakadilan dan ketidakpuasan sosial, ketidakadilan politik, serta penindasan kebebasan berpendapat menjadi faktor pendorong gerakan mahasiswa yang berkontribusi pada runtuhnya Orde Baru.