Pada akhir Perang Dunia II, Indonesia melakukan proklamasi kemerdekaannya dan berusaha melepaskan diri dari penjajahan Jepang. Meski demikian, sistem moneter yang sebelumnya diterapkan oleh Jepang masih menimbulkan dampak yang signifikan terhadap ekonomi Indonesia hingga waktu yang cukup lama. Salah satu implikasinya adalah beredarnya mata uang Jepang atau “uang pisang” tak terkendali di Republik Indonesia.
Alasan Beredarnya Mata Uang Jepang
Selama Perang Dunia II, Jepang memproduksi sejumlah besar mata uang, dikenal sebagai “Dai Nippon” atau “mata uang pisang”, untuk digunakan di wilayah yang berhasil mereka kuasai, termasuk Indonesia. Mata uang ini diberi nama “pisang” karena pada uang tersebut dipampangkan gambar tumbuhan pisang.
Setelah penyerahan diri Jepang dan proklamasi kemerdekaan Indonesia, pemerintah baru Republik Indonesia mengalami berbagai tantangan dalam stabilisasi ekonomi dan moneter. Adanya kenyataan bahwa banyak masyarakat masih menggunakan “mata uang pisang”, serta transisi menuju mata uang rupiah yang tidak segera terlaksana, membuat mata uang Jepang terus beredar secara tak terkendali.
Jumlah Estimated Mata Uang Jepang yang Beredar
Mengingat kondisi sosial, ekonomi, dan politik saat itu yang tidak stabil dan cenderung kacau, tidak ada data pasti yang mencatat berapa banyak mata uang Jepang yang beredar di Indonesia setelah kemerdekaan. Pada dasarnya, jumlahnya berada di luar kendali.
Namun, melalui penelitian dan studi kasus oleh beberapa ekonom dan ahli sejarah, diperkirakan bahwa jumlah uang Jepang yang beredar mencapai angka triliunan.
Konklusi
Itulah sejarah dari beredarnya mata uang Jepang atau “uang pisang” di Republik Indonesia setelah kemerdekaan. Ketidakpastian jumlah ini memperlihatkan seberapa kacau dan kompleks kondisi ekonomi dan moneter Indonesia saat itu. Ini juga menunjukkan betapa pentingnya ekonomi yang stabil dan pengendalian moneter yang efektif dalam mempertahankan nilai mata uang dan kesejahteraan ekonomi suatu negara.